Seperti Ini lah Jenis Tulisan Orisinil Bukan Hasil AI !
Memang
untuk sekedar menulis kini sangat mudah, tinggal buat prompt lalu masukkan ke aplikasi
chatgpt, maka tulisan dengan tema apapun akan muncul lengkap dan panjang dalam
hitungan detik. Atau kini sudah tersedia fasilitas Meta Ai di Whatsapp yang bisa
menghasilkan tulisan atau foto dalam tema apapun tergantung kita membuat prompt
nya.
Perihal menghasilkan
tulisan dan foto bukan something demanding
lagi, justru ia berlimpah dan dimudahkan lewat kecanggihan teknologi masa kini.
jadi sebenarnya tak ada alasan untuk tak update tulisan di blog ini. Namun ntah
mengapa, tetap saja saya ketinggalan untuk update.
Saya
kadangkala terfikir mungkin saya menganggap blog tak lagi digandrungi oleh para
pembaca. Tulisan berupa teks yang panjang tak lagi menarik bagi generasi Z atau
Alpha masa kini yang sudah terikat secara emosional dengan Tiktok atau Instagram,
yang lebih menjanjikan visual dan audio yang cepat dan singkat itu. Langsung ke
jantung hati para audience. Tak seperti tulisan itu yang harus dibaca agak
lama.
Fikiran
saya itu kadang ada benarnya juga, jika melihat bagaimana Koran sebagai medium
cetak lambat laun berkurang oplah nya, dan bahkan tutup itu. Memang tak benar-benar
tutup namun berganti platform jadi digitalized. Yah itu tadi untuk masuk ke dalam
arus pola pembaca generasi masa kini. Harus masuk ke dalam sistem digital masa
depan. Berubah atau mati mungkin demikian slogannya.
“Sekelas Koran besar aja begitu apalagi blog kecil seperti saya ini”, batin saya.
Belum
lagi ditengah gempuran kecerdasan buatan, bisa jadi tulisan yang dibuat oleh
manusia tak lagi menarik. Anak saya yang berusia 10 tahun sekarang sedang gandrung
dengan fasilitas Meta AI. Pelbagai prompt diketiknya, yang hasilnya kadang buat
dia tertawa ngikik itu. Ada kesenangan baru disitu.
Belum
lagi berbicara aplikasi pemutar video semacam Youtube, yang lama telah menarik
para penonton televisi lalu meninggalkannya. Program acara di televisi tak lagi
dinantikan seperti halnya update terbaru dari channel Youtube macam Rans Entertainment atau podcast Dedy Corbuzier itu.
Teknologi
masa kini bikin personalisasi bukan lagi massifikasi katanya. Setiap kepala
bisa berbeda tontonan meskipun tinggal seatap bahkan bersisian itu. Kesenangan
tiap orang berbeda, dan teknologi mampu memberikan konten yang sesuai dengan
minat masing-masing orang. Algoritma media sosial dibikin secanggih itu.
Ibaratnya, ada mesin yang akan memberikan pilihan konten-konten yang kita suka
bukan yang tak kita sukai. Pilihannya nyaman semua, nyaman bagi emosi kita
tentu saja.
Berbeda
di zaman televisi, kita terpaksa menonton sesuatu tanpa bisa menggantikannya.
Untuk menonton film detektif itu, kita harus siap menonton program berita dulu.
Begitulah program acara dibuat secara berkesinambungan. Ada jam-jam tertentu. Tak
suka acaranya, “yah ndak usah tonton, gitu aja repot,” celetuk Gus Dur
kira-kira.
Jam-jam
tertentu itu kini tak berlaku lagi, generasi Alpha dan Z tak suka menunggu dan
ingin segera. Prinsip segera ini lah yang kini mampu ditawarkan oleh teknologi
masa kini.
Adanya
fitur AI di whatsapp itu bentuk dari upaya menyegerakan itu lah. Orang tak
perlu lagi pindah aplikasi ke google atau chat gpt, atau Gemini untuk cari
informasi tertentu. Tak perlu pindah aplikasi, cukup di WA saja, dan ketik
promptnya maka akan muncul informasi dalam bilangan detik. Saking kompetisi
memenangkan loyalitas itu begitu kuat dan makin trengginas.
Bagi kita
orang Indonesia, fitur-fitur tadi bikin menyenangkan. Namun bagi pemilik
aplikasi, atau pemilik modal marketplace macam Shopee atau Tokopedia, loyalitas
pengguna internet kurang lebih 200 juta ini perlu dijaga. Terlebih aplikasi-aplikasi
macam Tik Tok, Instagram atau Youtube yang wajib dimiliki oleh para pengguna
ini.
Ada industri
besar disini, dan kita orang Indonesia adalah bagian dari ini, apakah sebagai
pengguna atau sebagai produsen kontennya. Yang pasti bukan sebagai pemilik
aplikasinya.
Jadi bagaimana nasib blog yang saya urusi sejak lama ini ?,
Saya sedikit menerawang
jauh kedepan. Sedikit pesimistis, namun saya masih menyimpan harapan. Bahwa blog
ini membawa informasi yang bisa berguna bagi pembaca mana saja.
Terlepas
dari konteks kompetisi teknologi diatas, fitur AI yang makin canggih dan Aplikasi
media sosial yang semakin mencengkram, saya anggap begitu lah memang dunia
bekerja. Dan begitulah blog ini, ia bisa menjadi titik dari semesta digital di
dunia ini.
Demikianlah,
saya memilih untuk tetap nge_blog dan berusaha kembali untuk memberikan tulisan
tanpa bantuan kecerdasan buatan. Biarlah ia dibuat dengan apa danya dari sudut
pandang saya pribadi. Seiring dengan perkembangan emosi dan intelektual saya
sendiri.
Tulisan
yang berbeda dari orang lain, bahkan AI sekalipun. Tulisan yang muncul dari
percikan-percikan kegelisahan emosi yang lahir dari pengamatan sosial atau
observasi lintas ilmiah yang saya lakukan sehari-hari.
Biarlah
ia menjadi blog yang semula, konten orisinil yang menyimpan memori-memori
kolektif perjalanan intelektual dan emosional saya di tengah masyarakat dulu
dan mendatang. Tabik !. (Iksan/2024)
Posting Komentar untuk "Seperti Ini lah Jenis Tulisan Orisinil Bukan Hasil AI !"