Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Seperti Ini lah Jenis Tulisan Orisinil Bukan Hasil AI !

Enjoybangka


Sejak Juni lalu saya terakhir menulis, sekarang Desember saya kembali berkisah lewat tulisan lagi. Cukup lama jurang absen menulis sehingga saya hampir lupa bahwa saya punya blog
enjoybangka ini. Hampir lupa bahkan bikin saya sedikit “malas” untuk update whats happens to me during these years passed by. Desember sebentar lagi lewat. Kita tak lama lagi akan ada di tahun 2025.

Memang untuk sekedar menulis kini sangat mudah, tinggal buat prompt lalu masukkan ke aplikasi chatgpt, maka tulisan dengan tema apapun akan muncul lengkap dan panjang dalam hitungan detik. Atau kini sudah tersedia fasilitas Meta Ai di Whatsapp yang bisa menghasilkan tulisan atau foto dalam tema apapun tergantung kita membuat prompt nya.

Perihal menghasilkan tulisan dan foto bukan something demanding lagi, justru ia berlimpah dan dimudahkan lewat kecanggihan teknologi masa kini. jadi sebenarnya tak ada alasan untuk tak update tulisan di blog ini. Namun ntah mengapa, tetap saja saya ketinggalan untuk update.


Saya kadangkala terfikir mungkin saya menganggap blog tak lagi digandrungi oleh para pembaca. Tulisan berupa teks yang panjang tak lagi menarik bagi generasi Z atau Alpha masa kini yang sudah terikat secara emosional dengan Tiktok atau Instagram, yang lebih menjanjikan visual dan audio yang cepat dan singkat itu. Langsung ke jantung hati para audience. Tak seperti tulisan itu yang harus dibaca agak lama.

Fikiran saya itu kadang ada benarnya juga, jika melihat bagaimana Koran sebagai medium cetak lambat laun berkurang oplah nya, dan bahkan tutup itu. Memang tak benar-benar tutup namun berganti platform jadi digitalized. Yah itu tadi untuk masuk ke dalam arus pola pembaca generasi masa kini. Harus masuk ke dalam sistem digital masa depan. Berubah atau mati mungkin demikian slogannya.

“Sekelas Koran besar aja begitu apalagi blog kecil seperti saya ini”, batin saya.

Belum lagi ditengah gempuran kecerdasan buatan, bisa jadi tulisan yang dibuat oleh manusia tak lagi menarik. Anak saya yang berusia 10 tahun sekarang sedang gandrung dengan fasilitas Meta AI. Pelbagai prompt diketiknya, yang hasilnya kadang buat dia tertawa ngikik itu. Ada kesenangan baru disitu.

Belum lagi berbicara aplikasi pemutar video semacam Youtube, yang lama telah menarik para penonton televisi lalu meninggalkannya. Program acara di televisi tak lagi dinantikan seperti halnya update terbaru dari channel Youtube macam Rans Entertainment atau podcast Dedy Corbuzier itu.

Teknologi masa kini bikin personalisasi bukan lagi massifikasi katanya. Setiap kepala bisa berbeda tontonan meskipun tinggal seatap bahkan bersisian itu. Kesenangan tiap orang berbeda, dan teknologi mampu memberikan konten yang sesuai dengan minat masing-masing orang. Algoritma media sosial dibikin secanggih itu. Ibaratnya, ada mesin yang akan memberikan pilihan konten-konten yang kita suka bukan yang tak kita sukai. Pilihannya nyaman semua, nyaman bagi emosi kita tentu saja.

Berbeda di zaman televisi, kita terpaksa menonton sesuatu tanpa bisa menggantikannya. Untuk menonton film detektif itu, kita harus siap menonton program berita dulu. Begitulah program acara dibuat secara berkesinambungan. Ada jam-jam tertentu. Tak suka acaranya, “yah ndak usah tonton, gitu aja repot,” celetuk Gus Dur kira-kira.

Jam-jam tertentu itu kini tak berlaku lagi, generasi Alpha dan Z tak suka menunggu dan ingin segera. Prinsip segera ini lah yang kini mampu ditawarkan oleh teknologi masa kini.

Adanya fitur AI di whatsapp itu bentuk dari upaya menyegerakan itu lah. Orang tak perlu lagi pindah aplikasi ke google atau chat gpt, atau Gemini untuk cari informasi tertentu. Tak perlu pindah aplikasi, cukup di WA saja, dan ketik promptnya maka akan muncul informasi dalam bilangan detik. Saking kompetisi memenangkan loyalitas itu begitu kuat dan makin trengginas.

Bagi kita orang Indonesia, fitur-fitur tadi bikin menyenangkan. Namun bagi pemilik aplikasi, atau pemilik modal marketplace macam Shopee atau Tokopedia, loyalitas pengguna internet kurang lebih 200 juta ini perlu dijaga. Terlebih aplikasi-aplikasi macam Tik Tok, Instagram atau Youtube yang wajib dimiliki oleh para pengguna ini.

Ada industri besar disini, dan kita orang Indonesia adalah bagian dari ini, apakah sebagai pengguna atau sebagai produsen kontennya. Yang pasti bukan sebagai pemilik aplikasinya.

Jadi bagaimana nasib blog yang saya urusi sejak lama ini ?,

Saya sedikit menerawang jauh kedepan. Sedikit pesimistis, namun saya masih menyimpan harapan. Bahwa blog ini membawa informasi yang bisa berguna bagi pembaca mana saja.

Terlepas dari konteks kompetisi teknologi diatas, fitur AI yang makin canggih dan Aplikasi media sosial yang semakin mencengkram, saya anggap begitu lah memang dunia bekerja. Dan begitulah blog ini, ia bisa menjadi titik dari semesta digital di dunia ini.

Demikianlah, saya memilih untuk tetap nge_blog dan berusaha kembali untuk memberikan tulisan tanpa bantuan kecerdasan buatan. Biarlah ia dibuat dengan apa danya dari sudut pandang saya pribadi. Seiring dengan perkembangan emosi dan intelektual saya sendiri.

Tulisan yang berbeda dari orang lain, bahkan AI sekalipun. Tulisan yang muncul dari percikan-percikan kegelisahan emosi yang lahir dari pengamatan sosial atau observasi lintas ilmiah yang saya lakukan sehari-hari.

Biarlah ia menjadi blog yang semula, konten orisinil yang menyimpan memori-memori kolektif perjalanan intelektual dan emosional saya di tengah masyarakat dulu dan mendatang. Tabik !. (Iksan/2024)

 

 

 

 

Posting Komentar untuk "Seperti Ini lah Jenis Tulisan Orisinil Bukan Hasil AI !"