Yogyakarta; Kota dengan Romantisme yang Dirindukan
Para pedagang kecil menjajakan makanan dan minuman, aneka para penjual baju dan akseoris tumpah ruang di jalanan Malioboro. Para pelancong dengan suka cita berjalan di trotoar dan sesekali duduk di kursi taman diterangi lampu taman. Sedang di sekilingnya ruko, rumah dan gedung-gedung kolonial berselisih dengan modernitas.
Meskipun sudah ratusan tahun, dan manusia berada di kaki modernisasi serta era 5.0 yang kita pun tak mengerti apa maksud dan maknanya, namun Yogya masih tetap menyimpan "rasa jawa" yang setiap orang tak akan bisa berpaling. Rasa yang dapat kita bayangkan seperti membaca buku sejarah tentang kerajaan Mataram kuno, serta masa kolonial Belanda tempo dulu.
Ada rasa romantisme sejarah yang dirindukan ketika berkunjung ke Yogyakarta. Ia tidak berusaha untuk menaklukan nalar kita dan menjadi pengagum kemegahan seperti halnya ketika ke Jakarta, namun Yogya membuat dirinya seperti teman yang ramah dan mengajak kita untuk bersenda gurau di teras rumah sambil menikmati teh tawar dan mie jawa itu.
Begitulah sedikit unggahan rasa ketika berkunjung ke Yogyakarta. Semoga anda juga dapat berkunjung ke sana suatu ketika.
Posting Komentar untuk "Yogyakarta; Kota dengan Romantisme yang Dirindukan "