Inilah Alasan Berkunjung ke Benteng Penutuk Pulau Lepar, Pantai di Bangka Belitung
benteng-penutuk-desa-penutuk-pulau-lepar-pongok |
Ceritanya tak sengaja berkunjung ke Benteng
Penutuk, sebab alasan utamanya adalah dalam rangka survey calon penerima
beasiswa Bidik Misi. Survey untuk para calon mahasiswa yang akan kuliah ke
Universitas Bangka Belitung. Kebagian survey di daerah Bangka Selatan, dan satu
orang mahasiswi ini kebetulan tinggal di dusun Penutuk kecamatan Lepar Pongok
di pulau Lepar. Salah satu Pantai di Bangka Belitung
Tiba di pelabuhan Sadai, sebagai spot
penyebrangan awal, kami dibawa menyebrang dengan perahu kecil bermesin menuju
ke pulau Lepar. Perahu kecil ini ibaratnya ojek laut, dihiasi dengan gambar
warna warni sehingga menarik mata. Secara sekilas, ojek laut ini unik. Saya tak
tau apakah harga menyeberang sebesar 30 ribu rupiah cukup murah atau tidak.
Perahu kayu ini berjalan cepat menyusuri
selat, kecepatannya seolah terbang diatas laut. Lantai perahu memecah gelombang
laut. Gemericik air kadang mengenai muka dan badan. Brak brak brak…lantai kayu
berbunyi ketika bertemu gelombang. Sekitar 15 menit, tak terasa perahu membawa
kami ke dermaga Dusun Penutuk.
desa-penutuk-pulau-lepar-pongok |
Saya membayangkan bagaimana rasanya bagi
mereka yang membawa motor. Bagi penumpang bermotor, motor harus ditaruh pas di
tengah-tengah perahu. Membayangkan perahu kecil ini bawa motor dengan posisi
berdiri sedikit mengkhawatirkan. Penumpang harus menaiki motor sambil kedua
kaki berdiri di sisi perahu.
Bagi pemula, menyeimbangkan beban motor dengan goncangan perahu ketika mengarungi laut selat, adalah sebuah adventure tersendiri.
Sampai di dermaga, anda boleh sewa jasa ojek
yang tersedia. Jika tak ingin menggunakan jasa pengojek dapat juga menyewa
secara pribadi pada pemilik warung yang ada di sekitaran. Cukup bayar 50 ribu
saja.
dermaga-desa-penutuk-pulau-lepar-bangka-selatan |
Nah ceritanya, dalam perjalanan menuju ke
dusun sang mahasiswi berdiam inilah kami tanpa sengaja melihat plang nama usang
tertulis “Obyek Wisata Benteng Penutuk”.
Tak berfikir panjang, tarik rem dan belok
kanan. Menembus kebun sawit serta tanah merah berkerikil, perjalanan menuju
lokasi memakan waktu sekitar 10 menit saja.
Jangan harap menemukan reruntuhan sebuah banteng,
lengkap dengan batu bata atau potongan dinding semen tebal. Benteng Penutuk tak
seperti Benteng Toboali, Benteng Kuto Panji Belinyu atau Benteng Kuto di
Tempilang. Penutuk dikenali dengan tiga meriam yang digunakan dalam perang
zaman penjajah.
Well, seperti saya kutip dari hasil googling
(maaf nama penulis tidak disebutkan, karena sukar menemukan sumber penulis primer),
salah satu meriam di benteng Penutuk adalah meriam Penyenget.
“Meriam ini menghadap pulau tinggi. Konon katanya, kalau diukur dengan tangan dengan hasil ukuran yang berbeda-beda maka umur yang mengukur tidak akan lama ( wallahu allam bisowab). “
benteng penutuk pulau lepar bangka selatan |
Selain itu, disekitar lokasi ini juga ada
makam keramat atau tokoh agama sekaligus seorang raja bernama Syech Abbas, sang
Istri dan anaknya. Kami juga sempat “salah jalan” mengira akan ke benteng namun
jalan setapak bersemen itu membawa kami ke kuburan Keramat. Didalam rimbunan
pepohonan ara, kuburan itu terlindung dan dingin.
Dari lokasi kuburan itu katanya bisa tembus
ke lokasi benteng dimaksud. Namun kami tak menyusuri lebih lanjut. Fokus kami
lebih ke rasa penasaran akan benteng dimaksud.
Benteng itu pun berada di atas sebuah bukit
yang rindang akan pepohonan. Dilindungi dan menghadap laut lepas. Dulunya
meriam dimaksud dipakai dalam pertempuran laut, mudah dibawah karena
ditempatkan diatas kereta kayu. Kadang ditempatkan di bukit dimaksud.
Atas alasan itulah Balai Pelestarian
Peninggalan Purbakala merekomendasikan kawasan benteng Penutuk ini sebagai museum.
Tindak lanjut dari keputusan itu adalah kini kawasan ini menjadi obyek wisata
bagi pemerintah Kabupaten Bangka Selatan.
Masih menurut sumber hasil googling,
keturunan raja dari Syech Abbas itu masih ada sampai sekarang, yang tersebar di
kota Sungailiat, Kabupaten Bangka atau di pulau Lepar sendiri. Untuk daerah Sungailiat,
keturunannnya bernama Cik Aden. Adapun di pulau Lepar, keturunnya bernama Cik Uti,
Cik Agon,Cik Abu, Cik Kanang, Cik Ali.
Legenda
Tanah Merah
Selain hal tersebut, disamping Benteng ada
pula tanah merah. Konon, warna merah itu karena kena tumpahan darah para lanun
yang tewas tertebas oleh petani sakti yang hidup di pulau ini.
Petani itu bernama Jamilah yang mempunyai
kesaktian sekaligus jago beladiri. Suatu ketika, para lanun (perampok di laut)
menerobos pulau dan hendak merampas hasil tani Jamilah. Jamilah dengan
kesaktiannya tentu saja tak mundur malah melawan dengan perkasanya. Alhasil
para Lanun kalah dan mati di tempat.
Konon, kesaktian Jamilah ini didapat dari
pedang yang dimilikinya. Pedang dimaksud sangat sakti. Ketajaman pedang itu
mampu memutuskan leher manusia dengan sekali tebasan. Mungkin karena itulah,
banyaknya Lanun yang tertebas lehernya, sehingga mampu membasahi tanah
disekitar kejadian dengan darah mereka. Begitulah tanah itu disebut tanah
merah.
Perlu
Pengembangan Fasilitas dan Promosi
Sekilas kawasan wisata sejarah sekaligus Pantai di Bangka
Belitung ini telah diimprove dengan baik oleh
pemerintah. Terbukti dengan adanya plang nama, gazebo di kawasan tepi pantai
lengkap dengan jalan setapak bersemen permanen.
wisata-benteng-penutuk-bangka-selatan |
Pada bukit dimana meriam itu berada juga
telah ada sejumlah gazebo, area permainan anak, serta area selasar untuk foto
selfie menghadap laut langsung.
Namun, tampaknya perawatan kawasan ini kurang
menyentuh kawasan perkuburan, sebab sejumlah gazebo telah ditumbuhi rerumputan
atau ilalang. Sehingga kesan semak sangat kental terasa. Begitu pula dengan
jalan setapak yang menuju ke makam bernasib hampir sama.
benteng-penutuk-desa-penutuk-pulau-lepar |
Begitu pula dengan jalur setapak dari bukit
menuju ke makam yang tak jelas karena ditinggalkan.
Satu hal lagi, promosi atas obyek wisata ini
patutlah digalakkan kembali. Mungkin dengan memanfaatkan kegiatan “Toboali on
Fire” sebagai momentum untuk mengangkat wisata desa Penutuk. Konsep yang bisa
ditawarkan bisa semacam ekowisata.
Pengunjung dapat menikmati satu malam di
Penutuk, menikmati perbukitan benteng Penutuk, lalu menghabiskan malam dengan
menjaring ikan, memasak lempah kuning ala Habang yang terkenal itu.
“Keesokan harinya, belajar membuat kemplang (kerupuk) dari telur kepiting khas desa Penutuk. Untuk sekedar dibawa pulang sebagai buah tangan.”
Menuju Lokasi
Untuk ke lokasi ini, para
pengunjung harus bepergian ke desa Penutuk. Untuk ke Toboali diperlukan sekitar
tiga jam perjalanan roda empat dari kota Pangkalpinang. Kemudian ke pelabuhan
Sadai, diperlukan waktu sekitar 30 menit dari pusat Kota Toboali.
Adapun, benteng Penutuk ini berjarak
sekitar 2 km dari Desa Penutuk dan untuk mencapai lokasi benteng ini dapat
ditempuh selama 5 menit perjalanan dengan menggunakan kendaraan roda dua. Guna menciptakan suasana yang cozy, pemerintah kabupaten saat
ini telah didirikan beberapa gazebo yang bisa digunakan wisatawan sebagai
tempat bersantai
Penutuk adalah desa yang berada di kecamatan Lepar Pongok, Kabupaten Bangka Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Indonesia. Selain
Penutuk, ada empat desa lainnya di pulau Lepar Pongok ini yakni Kumbung, Pongok, Tanjung
Labu, Tanjung
Sangkar. ***
desa-penutuk-pulau-lepar-pongok-bangka-selatan |
Posting Komentar untuk "Inilah Alasan Berkunjung ke Benteng Penutuk Pulau Lepar, Pantai di Bangka Belitung"