Pilkada DKI Putaran 2 Jakarta yang Bikin Semua Orang se-Indonesia Deg-degan
Pilkada DKI Putaran 2 Jakarta yang Bikin Semua Orang se-Indonesia Deg-degan |
Magnet Pilkada DKI Jakarta tahun ini paling besar dibanding
pilgub tahun-tahun sebelumnya. Harus diakui dibanding pilgub dari provinsi
lainnya, pilkada DKI Jakarta 2017 menempatkan kompetisi Ahok Djarot dengan Anis
Sandi pada momen penuh kontroversi, demo massa, twitwar, perang medsos hingga
mengerucut menjadi nyaris_bentrok massa. Hal ini kemudian diperparah dengan
keterlibatan massa luar Jakarta, maka lengkap sudah drama perang Bratayudha di
tahun Ayam Api ini. Dahsyatnya peperangan ini tak melulu di alam nyata, ia
menyeruak dan membanjiri jaringan lini massa lainnya, terutama arus jejaring
sosial.
Apa sebab Pilkada DKI
Jakarta 2017 begitu menguras energi bangsa hampir setahun lamanya?
Pertama, Pilkada DKI
Jakarta adalah barometer perpolitikan nasional. Banyak yang mengasosiasikan
pilgub DKI Jakarta sebagai refleksi kekuatan politis nasional. Pembacaan sekutu
dan lawan politik serta intrik dan drama bisa dibaca dalam perhelatan Pilkada
DKI Jakarta bahkan sejak penetapan calon pada Agustus 2016 lalu hingga pencoblosan
tahap dua pada 19 April 2017 ini.
Pembacaan ini bisa jadi benar dan bisa jadi salah, kekuatan
bisa terpecah dan berbalik arah. Sejumlah kasus membuktikan kekuatan politik
dapat dimaknai luwes dengan sifatnya dinamis dan ini menarik untuk dicermati.
Kedua, Lokasi Pilkada
yang berada di ibukota Negara Indonesia punya magnitude yang besar. Ini
bisa jadi menjadi benar tatkala ibukota Negara Republik Indonesia bagi 250 juta
jiwa lebih ini di penuhi “peperangan” yang sukar untuk memalingkan muka. Sebab,
sebagai ibukota Negara, masyarakat Indonesia akan mencintainya sepenuh hati dan
tidak rela jika something wrong happens
to this “crowded” capital city.
Yang pura-pura cuek bisa jadi ia tak merasa Jakarta sebagai
ibukota negara yang perlu dijaga. Atau bisa jadi ia tak tahu bahwa Presiden dan
Wakil Presiden tinggal disana. Soal ini dia wajib ikut penataran P-4 (kalau ada).
Alasan
ketiga adalah tak bisa dipungkiri bahwa Pilgub Jakarta 2017 semacam adu
kekuatan dari dua partai besar. Dua partai besar ini juga mewakili
pihak pro pemerintah dan oposisi. PDIP sebagai partai besar untuk tahun ini
menjadi pendukung pemerintah sebagai nahkoda dari sejumlah partai besar lainnya
semacam Golkar, PKB, Hanura, PAN, dll. PDIP cs untuk selanjutnya head to head dengan Gerindra plus PKS. Peta
ini mencerminkan adanya rivalitas pengaruh antara kedua kutub.
Meski telah berlalu, persaingan pada Pilpres 2014 lalu masih
menyisakan dendam lama. Ada aroma balas dendam, pihak yang kalah ingin menuntut
balas.
Namun, konsensus partai-partai ini pun tak bisa dibaca “saklek”
sebab ia bisa berubah tergantung kondisi sosial kemasyarakatan. Dalam tataran
real, kekuatan partai bisa berdinamika sesuai dengan preferensi partai
ditingkat daerah, misalnya PAN yang mendukung pasangan Anis-Sandi dibanding
mendukung Ahok-Djarot.
Keempat, kalau
boleh dikatakan, Pilgub DKI Jakarta 2017 semacam pertarungan macam ragam nilai. Saya
tidak mau mengaitkannya dengan agama sebab, agak disayangkan agama dilibatkan
dalam persoalan pilkada. Meskipun tak bisa dilepaskan pengaruhnya pada pribadi
pemilih.
Jika pun boleh menganalisa, nilai yang bermain disini bisa
diartikan sebagai pertarungan konsep-konsep semacam bagaimana relasi pemerintah dan rakyat, konsep
humanisme melawan ideologi pasar, totalitarian melawan demokratis, kebhinekaan
versus eksklusif, minoritas versus mayoritas, dan dominasi minoritas terhadap
mayoritas, atau bahkan PKI versus Pancasila.
Kelima,
Pilgub DKI Jakarta 2017 sekali lagi menegaskan kekuatan besar media online
terutama media sosial. Ada banyak opinion leader yang kemudian bermain dan terlibat aktif atau pasif
ihwal mempengaruhi massa. Mereka bisa jadi artis sinetron ataupun penyanyi yang
secara sukarela mendukung salah satu paslon, atau sengaja dibayar. Mereka pun bisa
jadi juga selebritis medsos yang punya ribuan pengikut. Sah-sah saja kemudian
preferensi politik menentukan bagaimana pilihan akan dijatuhkan, dan ini lalu
berpengaruh pada followers ybs.
Itulah kemudian ketika kekuatan media sosial dijalankan, jutaan informasi
memenuhi akun pengguna Facebook meskipun ia tinggal di Papua sana. Keterlibatan
massa tak bisa dibendung lagi, akibatnya kita tak pernah tahu lagi siapa
pengguna FB ber_KPT Jakarta atau tidak. Jejaring sosial membuat kita lupa
daratan tanpa pernah berfikir kritis agar tetap menginjak daratan.
Mungkin kita (yang tinggal di luar Jakarta) perlu menghela nafas
panjang dan duduk diam sembari menikmati saja lakon di Ibukota. Para paslon, Ir. Basuki Tjahaja Purnama, M.M. dan Drs. H. Djarot
Saiful Hidayat, M.S yang berkompetisi hari ini dengan Anies Rasyid Baswedan,
Phd. dan Sandiaga Salahudin Uno B.A, MBA adalah orang terpilih yang dimiliki
bangsa ini.
Siapapun Gubernurnya, itulah sunnatullah, mari kita berdoa dalam hati menurut agama dan
kepercayaan masing-masing, semoga yang terpilih tetap amanah dan mampu mensejahterahkan
masyarakat di Ibukota tercinta. ***
Posting Komentar untuk "Pilkada DKI Putaran 2 Jakarta yang Bikin Semua Orang se-Indonesia Deg-degan"