Belajar dari Silver Dollar City; Live Show Budaya Cowboy Amerika
Spring break kemarin, saya bersama teman-teman mahasiswa
internasional Arkansas Tech University travelling ke Branson Missouri.
Perjalanan wisata dua hari satu malam itu ternyata cukup berkesan dan mampu
mengusir tekanan selama perkuliahan semester Spring ini.
Branson di negara bagian Missouri adalah sebuah kawasan
wisata yang cukup terkenal di daerah selatan. Seperti dikutip dari Wikipedia,”Branson has long been a popular
destination for vacationers from Missouri and neighboring areas. The collection
of entertainment theaters along 76 Country Boulevard (and to a lesser
extent along Shepherd of the Hills Expressway)
including Dolly Parton's Dixie Stampede, has
increased Branson's popularity as a tourist destination. Branson now draws
visitors from all regions of the country, mostly by car or bus.”
Tentu saja
kami mengunjungi Dolly Parton’s Dixie Stampede itu. Sirkus bercampur opera
bersetting perang saudara antara selatan dan utara. Sangat menarik. Anda bisa
menikmati makan malam full. Dari mulai appetizer, semangkuk sop keju yang
renyah, minuman yang segar. Hal ini anda lakukan selama acara berlangsung. Main
coursenya, satu ekor ayam muda yang di panggang, sangat renyah dan hangat.
Penutupnya, kue manis digoreng crispy (saya tak tau apa namanya). Jangan lupa
kasih tip ke waitres nya yang aktif dan dinamis. Worth it lah sebab mereka
sangat professional dan murah senyum.
Namun yang
paling menarik mengunjungi, Silver Dollar City. Keterangan dari Wikipedia, ‘Silver
Dollar City is a theme park in the state of Missouri.
Opened on May 1, 1960, the park is located between Branson
and Branson West on Missouri
Route 76. The park is an 1880's-themed experience that fits Branson's
vision as a family-friendly vacation destination with down-home charm.”
Saya pikir
awalnya ia semacam arena bermain lengkap dengan roller coaster itu yang jujur
saja bagi saya atrophobia tak berminat sama sekali. Namun, ketika Lindsey
memberikan tiket itu ke kami masing-masing lengkap dengan karcis lunch itu.
Saya memasuki sebuah arena peradaban tempo dulu yang live selain arena bermain
itu.
Pertama,
ia tampak menarik karena Silver Dollar City memuat ragam arsitektur rumah
peradaban awal Amerika. Ia semacam kota tuanya Amerika. Representasi budaya
awal pioneer paman Sam. Anda akan melihat sekolah dasar, rumah kabin, stable house,
black smith, toko perhiasan, penjual madu, penjual kue, klinik kesehatan dan
sebagainya. Kamera saya tak henti-hentinya saya tekan guna mengabadikan potret
arsitektur dan budaya Amerika yang sebagian besar terbuat dari material kayu
itu.
Yang kedua,
ia disajikan lengkap berikut orang-orangnya. Jadilah ia liveview-able. Sebuah
museum yang hidup lengkap dengan penghuninya. Ada sekolah dasar yang di
dalamnya ada seorang guru yang sedang mengajari muridnya, lengkap dengan
pakaian jaman dahulu itu. Ada pula juru kuda, yang lagi sibuk di stable house.
Atau saya menemukan sebuah rumah yang lengkap dengan peralatan dan perlengkapan
jaman dahulu itu. Ia menjadikan menarik dan sangat attraktif. Ia tak saja
statis namun dinamis.
Yang
ketiga, anda bisa berinteraksi dengan mereka. Penghuni itu sangat ramah dan
professional. Ia akan menyapa anda. Tidak ada batas dan jarak antara penghuni
itu dengan pengunjung. Ini seperti anda berbincang dengan perempuan penenun di sebuah
kampong di Lombok. Cuman bedanya disini, mereka adalah para professional dan
itu memang dibayar.
Konsep
wisata semacam ini sangat menarik dan inspiring. Sembari memikirkan untuk
menerapkannnya di Bangka Belitung suatu ketika. Saya membayangkan sebuah desa
yang hidup yang menggambarkan budaya masa lalu orang Bangka. Saya terbayang
Kampung Gedong, sebuah kampong China tempo dulu itu bisa menjadi proyek awalan
yang bagus. Meskipun, kampong itu telah berkembang dan mulai tampak
meninggalkan kekunoan itu.
Namun, ini
bukan sebatas mimpi. Ini adalah sebuah hal yang pada dasarnya bisa dikerjakan
dan menguntungkan. Membangun sebuah kampong tempo dulu lengkap dengan pemeran
di dalamnya bisa mendatangkan untung yang banyak. Tentu saja kawasan itu, bisa
digabungkan dengan wahana permainan baik untuk anak-anak, remaja hingga dewasa.
Contoh lainnya, kawasan hutan desa Namang. Bayangkan saja, hutan bisa menjadi
tempat wisata yang asik loh.
Modelnya
bisa kawasan di tepi laut, kampong pesisir. Ada rumah tua jaman dahulu, pondok
dan kebun, ada balai adat, ada rumah pengerajin, ada rumah orang China, atau
bugis, ada pelabuhan kecil, ada jembatan. Dipadupadankan dengan wahana
permainan seperti roller coaster atau semacamnya. Saya memikirkan daerah Bangka
Island Outdoor, bisa dikembangkan desa wisata semacam itu.
Ini memang
sebatas mimpi sebab saya cuma seorang warga biasa yang bisa jadi lagi terkejut
dengan budaya luar. Meskipun begitu, di dalam hati saya, ada harapan yang besar
agar model pembangunan wisata semacam itu bisa dikembangkan. Mengingat, tambang
Timah tak bisa diharapkan terus menerus. Semoga mimpi anda sama dengan saya.
Berikut hasil jepretannya!. (aksansanjaya)
Lake of Silver Dollar City |
Perkampungan Old West |
Sekolah Dasar di US tempo dulu |
Tukang kayu di US jaman dahulu |
Posting Komentar untuk "Belajar dari Silver Dollar City; Live Show Budaya Cowboy Amerika"