Antara Danau dan Otnial
Jauh ia merantau. Asalnya dari Nusa Tenggara
Barat. Hidup sendiri di lokasi bekas tambang besar ini. Tiap hari, bos nya
mengantarkan makan dan minum serta rokok untuk sekali hadap. Malamnya ia
memasak di pondok ini. Pondok berdinding rumbia dan kadang pakaian bekas.
Otnial Perantau dari NTB |
Sudah setahun setengah, hampir dua tahun ia
ke Bangka. Bersama satu rekannya. Ia menikmati tinggal di lokasi ini. Meski
jauh dari keramaian.
“Di Kampung saya, pekerjaan tak lebih dari
tukang pikul di pelabuhan, susah,” ujarnya.
Pria berambut keriting ini bernama Otnial.
Kerja pada bos peranakan. Tiada yang ditakutinya kecuali hujan yang disertai
angin dan petir. Kalau itu terjadi, ia sangat khawatir. Pondok yang ia tinggali
memang terletak di sisi danau galian tambang dan hamparan tailing yang meluas
hingga se lapangan bola lebih.
Saban
hari ia bersama rekannya merajuk timah bekas galian yang kini menjadi danau
itu. Dengan sebuah ponton dan hanya satu-satunya ditempat itu. Herannya ia tak
merasa ingin pulang. Lagu Ebit G Ade itu tak berlaku padanya. Uang hasil jerih
payahnya sebagian ditabung ke bos nya. Jika suatu ketika pulang barulah
diambil.
Kata saya, mengapa tak ditransfer lewat
Bank. “ Susah bang, nanti uang nya habis sama keluarga di Kampung,”.jawabnya diplomatis.
Otnial satu diantara ribuan perantau yang
menikmati timah di Bangka Belitung. Ratusan tahun bumi dikeruk, dan herannya
masyarakat luas Bangka tak kaya-kaya. Seolah tak ada puasnya. Dan Bumi kita
makin merekah. Mungkin tanah ini
ditakdirkan untuk selalu memberi. Tanpa mengharap belai kasih. (aksansanjaya)
Smoking Man |
Gubuk Pinggir Danau |
Ponton dalam Waduk |
Ponton |
Danau bekas galian TN |
1 komentar untuk "Antara Danau dan Otnial"