Menikmati Pasir Menguning di Tempilang
Tempilang,
tempo hari saya bertandang untuk kedua kalinya, adalah sebuah kota tersendiri
dibanding sebuah desa. Terpencil ia jauh dari lalu lintas jalan provinsi. Dalam
artian tidak dilalui jalur Pangkalpinang ke Mentok atau dari Sungailiat ke
Mentok. Namun itu tidak membuat daerah ini terpencil. Ia malah menjadi sebuah
kota tersendiri.
Sebuah
daerah yang berkembang. Puluhan bangunan
bertingkat berdiri, meskipun itu untuk sarang Walet. Namun kombinasi
perkebunan, nelayan dan tambang timah inkonvensional memberikan kemajuan
berarti bagi daerah ini. Mini market dan bank berdiri.
Nyiur di Pantai Pasir Kuning |
Daerah
Tempilang merupakan satu-satunya daerah di Bangka Barat provinsi Bangka
Belitung yang memiliki keunikan, yakni pantainya berpasir kuning. Pantai ini
terletak di Desa Tempilang Kabupaten Bangka Barat kurang lebih 70 KM dari Kota
Pangkalpinang. Pasirnya yang berwarna kuning keemasan menjadi daya tarik
tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke pantai ini.
Dengan
pemandangan bebatuan yang terletak disudut pantai, kita dapat menikmati
panorama alam yang indah. Yang menarik dari tempat ini adalah ada tradisi unik
masyarakat pantai tersebut, setiap menjelang bulan Ramadhan. Pantai Pasir
Kuning banyak dikunjungi wisatawan dalam dan luar negeri untuk menyaksikan
ritual adat Pesta Rakyat Perang Ketupat.
Jarak dari ibukota Kabupaten Bangka
Barat (Mentok) ke lokasi sekitar 36 km. Pengunjung disarankan menggunakan
kendaraan pribadi karena kendaraan umum yang menuju desa dan lokasi upacara
sangat jarang. Pengunjung juga harus berhati-hati karena banyak sekali jalan
berlobang dengan debu-debu yang beterbangan di pinggir jalan jika cuaca panas.
Oleh karena jalan yang kurang baik, akses ke lokasi membutuhkan waktu tempuh
sekitar 25 menit. Di desa dan sekitar pantai ini, pengunjung juga bisa
dengan mudah menemukan penginapan, restoran, dan rumah makan.
Perang Ketupat merupakan salah satu
ritual upacara masyarakat Pantai Pasir Kuning, Tempilang, Bangka Barat. Upacara
ini dimaksudkan untuk memberi makan makhluk halus yang dipercaya bertempat
tinggal di daratan. Menurut para dukun, makhluk-makhluk halus itu bertabiat
baik dan menjadi penjaga Desa Tempilang dari roh-roh jahat. Oleh karena itu,
mereka harus diberi makan agar tetap bersikap baik terhadap warga desa.
Tidak ada yang mengetahui secara pasti
kapan tradisi ini dimulai. Namun, berdasarkan cerita rakyat, tradisi ini sudah
ada ketika Gunung Krakatau meletus pada tahun 1883. Ada juga yang menyatakan,
kegiatan ini telah dilaksanakan sejak zaman penjajahan Portugis. Yang jelas
upacara ini terus digelar secara turun-temurun hingga kini.
Pantai pasir kuning kalau diolah akan
menjadi spot yang potensial. Tinggal pintar-pintar pemda mensiasatinya. (aksansanjaya/
http://www.surabayapost.co.id )
Nyiur Menambah Indah Pantai Pasir Kuning Tempilang |
Dermaga Nelayan |
Perahu Bersandar ketika Surut |
Vis kotak yang lapuk |
Botol minuman digantung |
Pantai pasir kuning sesuai julukannya |
2 komentar untuk "Menikmati Pasir Menguning di Tempilang"