Bukan Elegi
Kita berpendar suatu masa
Lepas setahun sejak pertama merona di dinding lusuh,
serta kursi lapuk hampir patah
Dunia dilingkupi awan biru bergumpal itu,
Pernah mencari pasti di debur Batu Dinding
Yah, lepas setahun ketika kita bersemu merah
Saling Berbalas…
Kita berjibaku dalam asa yang tersenggal
Seterusnya merintih dalam jarak,
Menjadi petualang di udara lembab tengah malam
Pernah kita berjarak diam, memilih rentang takdir masing
Kemudian berpura untuk acuh,
Meski kelabat bayang tetap kita nanti diwaktu yang jarang
Waktu menduakan, namun ia menyatukan
Dimana aku dan kamu menantang matahari pagi bulan ini
Untuk sesuatu yang jauh dari terma itu
Lalu kembali terdiam, mencoba meraba hati
Bicara pelan namun takut...diam yang menyakitkan...
Kita menahan rasa yang berat sambil menakar diri
Semacam perih...serasa luka sejuta kali
Tidak...bukan untuk perih atau elegi kali ini
Bukan perihal tercampakkan di jurang itu
Bukan tentang perjamuan terakhir, lepas itu mati
Ini untuk cinta yang bersarang...ia samar yang kadang memutih
Ia yang kita bela, namun dengan cara yang salah,
Seandai butir pasir laut itu, menderai halus...pelan...
Hampa ketika lewat angin laut yang bawa ia lari sedari pagi
Ini bukan sesaat, ini tentang kegelisahan masa depan,
Bukan tentang hampa terbawa angin pagi,
Aku menyayangimu, kala pertama mencari jemari di sore yang basah
Sebuah asa untuk lepas dan terbang kemana kita suka...berdua. ***
Lepas setahun sejak pertama merona di dinding lusuh,
serta kursi lapuk hampir patah
Dunia dilingkupi awan biru bergumpal itu,
Pernah mencari pasti di debur Batu Dinding
Yah, lepas setahun ketika kita bersemu merah
Saling Berbalas…
Kita berjibaku dalam asa yang tersenggal
Seterusnya merintih dalam jarak,
Menjadi petualang di udara lembab tengah malam
Syahdan dalam drama monolog, Kita adalah aku dan bayangan
Bersemi diantara karang…jauh dari hiruk rumput laut dan tiram
Dalam diam…kita yang bersuka
Pernah kita berjarak diam, memilih rentang takdir masing
Kemudian berpura untuk acuh,
Meski kelabat bayang tetap kita nanti diwaktu yang jarang
Waktu menduakan, namun ia menyatukan
Dimana aku dan kamu menantang matahari pagi bulan ini
Untuk sesuatu yang jauh dari terma itu
Lalu kembali terdiam, mencoba meraba hati
Bicara pelan namun takut...diam yang menyakitkan...
Kita menahan rasa yang berat sambil menakar diri
Semacam perih...serasa luka sejuta kali
Tidak...bukan untuk perih atau elegi kali ini
Bukan perihal tercampakkan di jurang itu
Bukan tentang perjamuan terakhir, lepas itu mati
Ini untuk cinta yang bersarang...ia samar yang kadang memutih
Ia yang kita bela, namun dengan cara yang salah,
Seandai butir pasir laut itu, menderai halus...pelan...
Hampa ketika lewat angin laut yang bawa ia lari sedari pagi
Ini bukan sesaat, ini tentang kegelisahan masa depan,
Bukan tentang hampa terbawa angin pagi,
Aku menyayangimu, kala pertama mencari jemari di sore yang basah
Sebuah asa untuk lepas dan terbang kemana kita suka...berdua. ***
Posting Komentar untuk "Bukan Elegi"