My "Work" part II
"...Tangan-tangan kasar itu akan menanamnya dalam lubang galian. Membiarkannya beberapa saat, disiram lalu dirawat. Hingga beberapa waktu kemudian, racun-racun akan keluar dari moncong pipa besi itu, begitulah, rumput tumbuh diantara anakan Kelapa Sawit itu dibunuh dengan efektif.
Ketika ia membesar, sedikit demi sedikit lapang yang dulunya terang benderang itu akan mulai menutup diri. Bayang-bayang pelepah sawit beserta batangnya berjejer dalam ratusan itu tak membiarkan cahaya masuk bebas. Yang terjadi kemudian, tanah berubah lembab.
Ketika itu terjadi, tak akan ada lagi manusia bercebo dan tangan-tangan gahar pemegang parang panjang. Mereka digantikan truk dan para pemetik yang jumlahnya tak seberapa. Dan begitulah sejak panen pertama, untuk dua puluh tahun kemudian.
Mereka yang bercebo akan kembali pada asal, berharap pada nasib. Sambil meringkih di gubuk tua di sudut sana, mengingat ceritera sebagai penguasa tanah, membayang lada dan alar keladi juga kulat itu. Jauh disudut rumah bukan di sudut tanah lapang dulu.
Perasaan itu dimiliki Robinson Crusoe, terjauh dari peradaban. Kembali pada titik terendah, melangkah tanpa pasti, mencakar tanah pasir pantai. Untuk beberapa waktu, naik ke bukit melihat ke udara, atau menatap lautan nun jauh di titik horizon. Ia tahu dirinya bukan makhluk pertama bumi. Ia modern dalam abad modern. Berpunya peradaban kini. Namun sesuatu yang tiba-tiba merubahnya. Terpaksa dijarak pada peradaban.
Tapi mereka bukan Crusoe, yang terjauh karena takdir, namun karena buah tangan mereka, hasrat sesaat. Mereka sendiri penyebab atas semua rasa sesal itu. Mencakar bukan berharap melainkan kehilangan harap. "
Ketika ia membesar, sedikit demi sedikit lapang yang dulunya terang benderang itu akan mulai menutup diri. Bayang-bayang pelepah sawit beserta batangnya berjejer dalam ratusan itu tak membiarkan cahaya masuk bebas. Yang terjadi kemudian, tanah berubah lembab.
Ketika itu terjadi, tak akan ada lagi manusia bercebo dan tangan-tangan gahar pemegang parang panjang. Mereka digantikan truk dan para pemetik yang jumlahnya tak seberapa. Dan begitulah sejak panen pertama, untuk dua puluh tahun kemudian.
Mereka yang bercebo akan kembali pada asal, berharap pada nasib. Sambil meringkih di gubuk tua di sudut sana, mengingat ceritera sebagai penguasa tanah, membayang lada dan alar keladi juga kulat itu. Jauh disudut rumah bukan di sudut tanah lapang dulu.
Perasaan itu dimiliki Robinson Crusoe, terjauh dari peradaban. Kembali pada titik terendah, melangkah tanpa pasti, mencakar tanah pasir pantai. Untuk beberapa waktu, naik ke bukit melihat ke udara, atau menatap lautan nun jauh di titik horizon. Ia tahu dirinya bukan makhluk pertama bumi. Ia modern dalam abad modern. Berpunya peradaban kini. Namun sesuatu yang tiba-tiba merubahnya. Terpaksa dijarak pada peradaban.
Tapi mereka bukan Crusoe, yang terjauh karena takdir, namun karena buah tangan mereka, hasrat sesaat. Mereka sendiri penyebab atas semua rasa sesal itu. Mencakar bukan berharap melainkan kehilangan harap. "
2 komentar untuk "My "Work" part II"